BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Aktivitas
olahraga dewasa ini sudah merupakan kebutuhan hidup baik bagi masvarakat
pedesaan maupun perkotaan. Secara tidak disadari melakukan olahraga dapat
mempengaruhi jantung, paru-paru, pembuluh darah, otot, tulang, dan psikologis. Selain itu olahraga juga
digunakan sebagai pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi, Pada umumnya orang
melakukan olahraga untuk menjaga kesehatan dan kesegaran jasmani. Olahraga
merupakan kebutuhan \setiap orang, tidak hanya
bagi yang masih muda saja, tetapi bagi yang lanjut usia (lansia),
olahraga juga masih diperlukan. Dengan berolahraga kebugaran akan terjaga,
tetap sehat dan segar, sehingga dapat menikrnati kebahagiaan.
Kondisi
tersebut diatas memberikan peluang bisnis yang sangat menarik dan menjanjikan
untuk peningkatan ekonomi. Hal ini melihat kondisi perekonomian kita dewasa ini
yang tidak menentu dan sulit diprediksi. Melihat realita perekonomian tersebut,
seseorang akan menentukan jenis usaha apapun akan menemukan banyak kendala karena
barang-barang dagangan sering mengalami perubahan harga yang tidak rasional.
Dari
fenomena tersebut usaha yang paling menjanjikan dan tidak terlalu banyak
mengandung resiko adalah usaha jasa. Hal ini tentunya bukan tanpa alasan, usaha
jasa secara ekonomi tidak memerlukan modal yang banyak, tetapi satu-satunya
modal yang harus dimiliki adalah harus mempunyai keterampilan tertentu,
misalnva menguasai dan trampil senam aerobik ataupun fitness. Dengan mengusai hal tersebut sanggar-sanggar
senam ataupun klub – klub kebugaran akan menghubungi untuk menjadi instruktur
pada sanggar atau klub kebugarannya.
1.2
Rumusan
Masalah.
a.
Apa Nilai Ekonomi Dalam
Olahraga?
b.
Apa hubungan olahraga dengan ekonomi?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Nilai
Ekonomi Dalam Olahraga
Olahraga
tidak hanya jasmani dan rohani tetapi juga bisa menjamin kesejahteraan
atletnya," bakat dan semangat saja dalam mengembangkan olahraga tidak
cukup namun diperlukan manajemen olahraga yang baik dan benar.
Disaat dunia mengalami krisis keuangan global, disaat kebanyakan masyarakat negara-negara berkembang seperti Indonesia, dan negara-negara miskin di Afrika mengalami kelaparan dan kekurangan pangan, ada satu hal yang ingin saya perlihatkan kepada teman-teman semua, Ini mungkin menarik buat teman-teman yang menggemari olah raga sepakbola. Saya ingin membahas mengenai gaji para pemain sepakbola Eropa yang merupakan gaji tertinggi bagi pemain sepakbola di seluruh dunia. Ini adalah daftar 5 gaji para pemain tersebut yang merupakan gaji bulanan mereka:
Disaat dunia mengalami krisis keuangan global, disaat kebanyakan masyarakat negara-negara berkembang seperti Indonesia, dan negara-negara miskin di Afrika mengalami kelaparan dan kekurangan pangan, ada satu hal yang ingin saya perlihatkan kepada teman-teman semua, Ini mungkin menarik buat teman-teman yang menggemari olah raga sepakbola. Saya ingin membahas mengenai gaji para pemain sepakbola Eropa yang merupakan gaji tertinggi bagi pemain sepakbola di seluruh dunia. Ini adalah daftar 5 gaji para pemain tersebut yang merupakan gaji bulanan mereka:
1. Zlatan
Ibrahimovic (Inter Milan / Swedia), dan Ricardo Kaka' (AC Milan / Brazil),
dengan gaji EURO 750.000 atau Rp. 11 Milyar 970 Juta perbulan
2. Lionel
Messi (FC Barcelona / Argentina) dengan gaji EURO 700.000 atau Rp. 11 Milyar
172 juta
3. John
Terry dan Frank Lampard (Chelsea FC dan Inggris) sebesar EURO 631.182 atau Rp.
10 Milyar 73 juta 664 ribu
4. Thierry
Henry dan Samuel Eto'o (FC Barcelona dan Perancis, Kamerun) sebesar EURO
625.000 atau sama dengan Rp. 9 Milyar 975 juta
5. Pemain
terbaik dunia 2008 versi FIFA, Christiano Ronaldo (Manchester United /
Portugal) sebesar EURO 563.555 atau Rp. 8 Milyar 994 juta 337 ribu.
Melihat
gaji diatas, rasanya fantastis dan luar biasa, karena nilai nominal nya yang
begitu besar dan banyak, padahal itu hanya gaji mereka dalam sebulan. Coba
bandingkan disini ?? Berapa rata-rata penghasilan karyawan ?? Bahkan gaji
mereka mengalahkan seorang Presiden. Pemain sepakbola di Indonesia-pun gaji
tertingginya, berkisar antara Rp. 100 Juta perbulan (Bambang Pamungkas-Persija
Jakarta).
Ini
tidak heran, mengingat sepakbola di Eropa adalah suatu bisnis, suatu hiburan,
dan suatu Industri. Banyak yang terlibat disana, misalkan saja para sponsor,
pemain, pendukung, manajemen klub, dll. Mengingat perputaran uang yang begitu
besar dan mereka rata-rata bermain di klub-klub besar Eropa, Mungkin mereka
wajar di hargai semahal itu. Tapi tetap saja ini terasa tidak adil menurut
saya, jika dikaitkan dengan bagaimana perekonomian di negara-negara berkembang,
sangat jauh gap nya. Ini tidak lepas dari sistem ekonomi kapitalis, yang selalu
mengeksploitasi apapun yang menghasilkan uang.
Nilai ekonomi dalam olahraga adalah seberapa banyak
olahraga tersebut disukai banyak orang dan memiliki nilai hiburan tinggi
sehingga menghasilkan uang. Nilai ekonomi olahraga mengikuti perkembangan
masyarakat perbudakan dan semakin meningkat pada zaman feodalisme hinggi kini
kapitalisme. Pada zaman kapitalisme ini, sisa zaman perbudakan masih bisa kita
lihat seperti gulat dan tinju. Selain nilai hiburan, olahraga pada zaman
feodalisme adalah juga tontonan dari kelas yang berlawanan. Kelas penguasa
tuan-tuan tanah mengadu budak budak mereka untuk jadi hiburan, bila yang
melawan maka akan dibunuh. Nah, zaman kapitalisme inilah olahraga dijadikan
nilai ekonomi yang tinggi. Olahraga ditempatkan sebagai tempat orang mencari
uang sambil berolahraga. Dalam alam kapitalisme olahraga dijadikan alat promosi
sebuah produk sekaligus pengguna produk. Contoh nilai ekonomi
dalam olahraga antara lain:
1.
Studi di austraia juga
menunjukkan bahwa layanan olahraga dan rekreasi dapat menghasilkan pendapatan
nasional sebesar aud $4,8 milyar pertahun, aud $ 4 milyar dihasilkan dari
penjualan produk olahraga dan rekreasi; dan sektor ini menyumbang aud$ 1,2
milyar terhadap gop (pereira,2004).
2.
Seperti olympiade los angeles
1984, yang nyata nyata panitia mendapat keuntungan sebesar $ 223 juta dolar.
Organisasi
olahraga modern mengalami perkembangan pesat sejak era industrialisasi. Pakar
sosiologi olahraga Allen Guttman menggambarkan bahwa organisasi olahraga modern
saat ini, berdasarkan pengamatannya terhadap perkembangan olahraga sejak zaman
Romawi, memiliki tujuh karakteristik yang dominan.
1.
Olahraga tidak lagi dikaitkan dengan
hal-hal yang bersifat religius atau keagamaan.
2.
Olahraga bisa merupakan perwujudan
pemerataan sosial di masyarakat. Sebab, tidak ada lagi batasan-batasan yang
bisa menghambat partisipasi anggota masyarakat.
3.
Di era modern ini, spesialisasi
merupakan satu kunci keberhasilan. Jadi, kalau ingin berkarier di olahraga,
seorang atlet harus memilih satu cabang yang menjadi fokus pilihannya. Bagi
Guttman, itu merupakan karakteristik yang ketiga.
4.
Karakteristik keempat adalah terjadinya
rasionalisasi. Dengan makin kompleksnya dunia olahraga, dibutuhkan seperangkat
aturan agar organisasi olahraga dan pertandingan berjalan baik.
5.
Karakteristik kelima berkaitan dengan
birokratisasi. Organisasi olahraga tidak lagi berdiri sendiri, melainkan
berkaitan satu sama lain, dari tingkat perkumpulan sampai tingkat dunia.
6.
Dengan makin majunya teknologi
informasi, setiap cabang olahraga modern mencoba melakukan kuantifikasi
terhadap jalannya pertandingan. Itu merupakan karakteristik keenam, dan menjadi
daya tarik unik olahraga yang membedakannya dari peristiwa kesenian atau budaya
lainnya.
7.
Karakteristik ketujuh menyangkut
pemecahan rekor. Menjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih tinggi, dan lebih baik
sangat didambakan seorang atlet.
Penelitian Guttman itu memberikan gambaran bahwa olahraga memang bukan semata aktivitas fisik.
Penelitian Guttman itu memberikan gambaran bahwa olahraga memang bukan semata aktivitas fisik.
2.1.1
Hubungan olahraga dengan ekonomi
Hingga
saat ini, tampaknya masih ada opini yang mengatakan bahwa kegiatan olahraga
cenderung menghambur-hamburkan uang. Bahkan ada analisis yang tendensius,
daripada untuk kegiatan olahraga yang jutaan bahkan milyaran rupiah lebih baik
digunakan untuk mengentaskan kemiskinan rakyat yang masih sekitar 140 juta.
Pendapat dan analisis yang demikian tentu sah-sah saja.
Tetapi
benarkah olahraga hanya menghabiskan uang ? Tidakkah ada revenue yang bisa
diharapkan dari kegiatan olahraga ? Mungkinkah terjadi multiplier effect dari
sebuah kegiatan olahraga? Pertanyaan seperti itu memang agak sulit dijawab
secara pasti, jika saja tidak ada bukti-bukti yang mendukungnya.
Bahwa
untuk melakukan pembinaan olahraga membutuhkan dana yang tidak sedikit saya
kira adalah fakta yang tidak bisa dipungkiri. Ketika suatu negara atau daerah
menyelenggarakan sebuah event olahraga, mungkin sekali banyak dana yang
digunakan untuk membiayainya. Tetapi sangat boleh jadi kegiatan olahraga juga
mampu mendorong tumbuhnya ekonomi, dan bahkan mendatangkan keuntungan langsung
seperti Olympiade Los Angeles 1984, yang nyata nyata panitia mendapat keuntungan
sebesar $ 223 juta dolar. Olympiade Los Angeles merupakan olympiade pertama
yang menerapkan pendekatan logika ekonomi melalui sport business. Pernyataan
tersebut memberikan bukti bahwa olahraga apabila dikelola secara profesional
dapat mendatangkan keuntungan ekonomi disamping nonekonomi. Itulah sebabnya
mengapa banyak negara yang berebut untuk menjadi tuan rumah suatu event
olahraga seperti Asian Games, Olympic Games, Piala Dunia ( sepakbola) dan Piala
Eropa. Oleh karena itu, saya ingin melihat hubungan olahraga dan ekonomi
sebagai hubungan yang bersifat resiprokal. Artinya, olahraga mempengaruhi
ekonomi dan ekonomi mempengaruhi olahraga.
Dalam
banyak kasus memang kita jumpai bahwa negara yang secara ekonomi maju, maka
perkembangan olahraganya juga mengalami kemajuan yang sangat berarti. Lihatlah
bagiamana perkembangan olahraga di Amerika, Australia, Perancis, Inggris,
Jepang, dan sebagainya yang telah berkembang begitu pesat. Dari segi prestasi,
terutama dalam Olympic Games , sejumlah negara tersebut telah menempatkan
dirinya di papan atas. Dari segi perspektif tingkat kesehatan masyarakat yang
diukur dari angka kematian bayi, angka harapan hidup, dan sebagainya,
negara-negara maju juga lebih unggul.
2.1.2
Olahraga
dan Bisnis (Olahraga Komersil)
Sejauh
ini, olahraga komersil telah mengglobal dan akan terus berkembang seiring
dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat dunia. Olahraga komersil merupakan bisnis
yang unik. Pemilik dan sponsor adalah orang yang sukses dalam bisnis di mana
mereka mampu membayar atlet berikut timnya sementara. Olahraga komersial nampak
telah menjadi bagian dari masyarakat masa kini. Perkembanganya dipadukan dengan
urbanisasi, industrialisasi, pengingkatan transportasi, dan teknologi
komunikasi.
Olahraga
komersial juga telah mengakses para atlet memasuki panggung hiburan, para
atlet dapat menghangatkan suasana ajang pertandingan berkaitan dengan hak-hak
dan penghasilan menjadi penting. Dalam olahraga profesional isu mengenai hak-hak
pemain telah menjadi perhatian utama. Hak mereka terangkat gajipun meningkat.
Gaji mereka akan semakin bertambah dari televisi
yang menyiarkan pertandingan mereka
Bisnis
adalah sebuah dunia yang berkaitan dengan aspek profit. Sementara olahraga
adalah sebuah kegiatan yang pertama-tama berhubungan dengan masalah bagaimana
membina manusia agar secara fisik dan mental menjadi lebih sehat dan baik.
Bisnis dan olahraga, dengan demikian, adalah dua hal yang berbeda dan tidak
saling berkaitan. Itu adalah sebuah pandangan dahulu.
Anggapan
demikian tentu kini tidak lagi berlaku. Bisnis dan olahraga (sport) telah
menjadi dua hal yang saling berdekatan dan saling mendukung. Kedekatan dan
saling hubungan ini justru menjadi semakin kuat. Itu terbukti dari fakta bahwa
pemasaran sebagai bagian penting dalam bisnis sering memanfaatkan setiap
momentum dalam kegiatan olahraga tertentu sebagai ajang untuk berpromosi.
Dunia olahraga lalu berdampingan dengan dunia bisnis. Hubungannya tidak lagi
berjauhan dan terpisah, tetapi berdekatan dan saling membutuhkan.
Kenyataan
seperti ini bukan sesuatu yang sulit untuk bisa dimengerti. Dari sisi dunia
olahraga dapat dikatakan bahwa hampir semua jenis olahraga, apalagi untuk
jenis-jenis olahraga yang amat populer seperti sepakbola, tinju, basket, tenis,
voli – sekedar menyebut beberapa – merupakan kegiatan yang paling banyak
menarik perhatian publik. Dari sisi bisnis, pemasaran (marketing) merupakan
bagian yang sangat penting. Dalam aktivitas pemasaran, seluruh kemampuan dan
daya sepenuhnya terarah pada satu tujuan yaitu merebut sebanyak mungkin calon
konsumen untuk sebuah produk atau jasa yang ditawarkan. Publik luas lalu
menjadi ’medan’ sasaran yang hendak dibidik untuk merebut calon konsumen tadi.
Momen kejuaraan dalam pertandingan sebuah jenis olahraga tertentu adalah momen
yang akbar. Di sanalah perhatian ribuan bahkan jutaan pasang mata tertuju. Di
sana kegiatan olahraga menjadi sebuah fokus sekaligus sebuah daya yang mampu
menarik perhatian jutaan pasang mata. Di sana pula sebuah kesempatan dan
peluang bagi para pebisnis untuk tampil mempromosikan produk atau jasa yang
dihasilkan. Cara ini tentu menjadi sangat efektif bagi dunia bisnis. Dunia
olahraga, dengan demikian, dapat dikatakan sebagai sebuah dunia yang telah dan
hampir selalu menjadi hal yang penting bagi sebuah komunikasi bisnis.
Beberapa
aktivitas di dunia olahraga dapat dikemukakan sebagai bukti untuk mendukung
penjelasan di atas. Di tingkat Internasional, sebagai contoh, ajang balap
Internasional Formula 1 digunakan oleh para produsen mobil untuk mensponsori
pembalap yang dipandang dapat merepresentasikan perusahaannya. Contoh yang
lain, ajang pertandingan sepakbola Piala Dunia menjadi sarana bagi perusahaan
untuk mempromosikan berbagai produk seperti minuman penyegar dari berbagai
merk, pakaian, sepatu, dan berbagai jenis perlengkapan olahraga, dst. Di
tingkat Nasional, hal serupa – kerjasama dan hubungan anatra bisnis dan
olahraga - juga terjadi. Perusahaan Sampoerna, yang memproduksi berbagai
jenis rokok, telah beberapa kali menggelar turnamen liga bola Voli Sampoerna
Hijau. Bukti adanya korelasi dan saling dukung antara bisnis dan olahraga tentu
saja dapat diperpanjang. Namun kiranya kita cukup menyebutkan beberapa saja.
Pembinaan
olahraga secara matang di masa depan akan memberi kontribusi terhadap
peningkatan kesejahteraan perorangan. Misalnya melimpah ruahnya bonus yang
diterima Taufik Hidayat setelah mendapat medali emas olimpiade. Pada saat ini
orang Indonesia tidak akan sulit untuk menemukan fitness centre, bowling
alleys, kursus, klub dan organisasi olahraga, serta pertandingan, turnamen, dan
fasilitas olahraga yang dioperasikan secara bisnis. Usaha intensifikasi dan
ekstensifikasi perlu dilanjutkan dan merupakan peluang bisnis bagi seorang
berjiwa wirausaha.
Pelaku
dan pakar olahraga hendaknya memiliki kesadaran bahwa peranan olahraga dalam
menciptakan bisnis sangat mungkin dan diperlukan. Mereka tidak dapat berjalan
sendiri dalam melakukan industrialisasi olahraga. Karena itu hendaknya
menggandeng pemilik modal sehingga bersinergi menghasilan rencana bisnis yang
matang dan dapat diandalkan.
Dalam
kaitan inilah menurut Arismunandar (1997), wawasan bisnis dan manajemen
diperlukan untuk memajukan dan mengembangkan bisnis olahraga. Hal ini penting
karena maju dan berkembangnya bisnis itu akan memicu penelitian dan
pengembangan, meningkatkan mutu pendidikan dan pengembangan ilmu dan teknologi
olahraga, meningkatkan prestasi, serta memperbanyak kesempatan kerja.
Pengelolaan
olahraga secara bisnis dapat menghasilkan keuntungan (dana). Akan tetapi
keuntungan yang dapat diraih sangat tergantung pada mutu fasilitas, produk,
pertandingan atau jasa yang dijual, memiliki daya tarik dan ditampilkan pada
saat yang tepat, di tempat strategis. Ada beberapa persyaratan agar kegiatan
olahraga dapat menjadi bisnis:
1.
Masyarakat sudah memiliki kesadaran
olahraga dapat membugarkan tubuh dan jiwa, meningkatkan kecerdasan
(inteligensia dan emosional), meningkatkan produktivitas kerja, mengurangi
biaya perawatan kesehatan. Sosialisasi peran dan fungsi olahraga seperti ini
selayaknya menjadi program utama pelaku olahraga.
2.
Tingkat kesejahteraan masyarakat sudah
tinggi sehingga masyarakat tidak hanya bergelut memenuhi kebutuhan primer
(perut) tetapi masyarakat sudah memerlukan kebutuhan tertier semisal rekreasi
dan tontonan (pertandingan olahraga). Karena itu negara (pemerintah, swasta,
masyarakat sipil) selayaknya mengusahakan dengan cerdas peningkatan kesejahteraan
masyarakat ini.
3.
Para pengusaha sudah menyadari potensi
dan peluang bisnis dari kegiatan olahraga. Karena itu pemerintah berkewajiban
mempromosikan dan menyakinkan para pengusaha bahwa kegiatan olahraga menyimpan
potensi dan peluang bisnis yang besar terutama derivasi bisnis kegiatan
olahraga itu sendiri seperti transportasi, pariwisata, jasa pelayanan tempat
olahraga, perdagangan peralatan olahraga.
4.
Pemilik modal dan pengurus organisasi
keolahragaan serta pelaku olahraga lainnya tidak cukup hanya individu yang
mencintai olahraga yang mau berkorban tenaga dan materi, tetapi selayaknya
mereka memiliki jiwa wirausaha.
Peluang
semakin terbuka setelah semakin bertambahnya stasiun radio dan televisi, tidak
bisa tidak, kompetensi melakukan negosiasi dan kontrak dengan stasiun radio dan
televisi menjadi sangat penting.
2.1.3
Olahraga
dan Ekonomi Pariwisata
Olahraga
merupakan wahana yang memberikan kesempatan dan peluang kepada manusia untuk
bersaing, menguasai, menang dan kalah. Olahraga seolah-olah menggantikan peran yang
destruktif dan melenyapkan kebudayaan. Menurut Arismundar (1997), pariwisata
juga akan merupakan kegiatan serta memberikan kesempatan kepada manusia untuk
bergerak, melihat, belajar, bergaul; mengenal budaya, alam sekitar, keunggulan,
keajaiban ataupun keistimewaan tempat lain. Pariwisata juga akan berkembang
sampai ke wisata ilmu dan teknologi, serta wisata olahraga.
Penyelenggaraan
pariwisata dan olahraga akan maju dan berkembang dengan kemajuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pariwisata dan olahraga iuga akan
mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi vang strategis. Pariwisata
dan olahraga adalah subjek dan sekaligus juga objek masa depan.
Pariwisata
dan olahraga adalah ujung tombak kehidupan masa depan. Kebutuhan pariwisata dan
olahraga serta semua kegiatan yang berkaitan dapat memicu bisnis baru, jasa dan
produk baru. Karena kepentingan dan kebermanfaatan pariwisata dan olahraga
serta keterkaitannya dengan kemajuan bidang lain, maka koordinasi dan dukungan
semua pihak (instansi pemerintah, induk dan cabang organisasi olahraga, pelaku
usaha dan organisasinya, LSM dan organisasi kemasyarakatan lainnya) sangat
diperlukan.
Promosi
pariwisata hendaknya meliputi semua kegiatan yang ada sehingga berorientasi
pada kepentingan dan keberhasilan semua. Misalnya konferensi, pameran, acara
adat, museum, arsitektur, pertunjukan, kesenian, olahraga, dan pariwisata
sendiri.
Satu
cita-cita mulia yang belum berhasil diwujudkannya adalah membawa olahraga
Indonesia menjadi sebuah industri yang membanggakan. Sebab, dengan
mengindustrikan olahraga, secara ekonomi para atlet kita bisa mapan. Karena, dengan mengindustrikan
olahraga, segala aktivitas bisnis dilibatkan di dalamnya, sehingga semua
pembiayaan olahraga yang profesional dengan fasilitas yang lengkap dapat
tercipta.
Pertanyaannya,
apakah olahraga kita dapat dijadikan industri? Apa pun jawabannya, harus diakui
jika ingin memajukan olahraga nasional, mengindustrikan olahraga menjadi suatu
keharusan. Karena, olahraga hanya dapat dimajukan jika punya dana yang besar.
Dan, dana yang besar itu, tak bisa didapat dari “dompet pemerintah” yang memang
sangat terbatas.
Persoalannya,
sepak bola yang digandrungi publik saja, masih belum 100 persen menjadi
industri. Misalnya, banyak klub sepak bola masih “menyusu” pada dana APBD
lantaran belum dapat menjadikan sepak bola sebagai industri. Karena, indikasi
olahraga industri adalah kemampuan menutup biaya operasional dari kegiatan
olahraga itu sendiri.
Bulu
tangkis dan tinju pun belum seberapa sanggup mengindustrikan dirinya.
Perusahaan yang bersedia menjadi sponsor pun tak banyak. Ini disebabkan minat
publik terhadap kedua cabang ini masih minim. Lalu, apakah cabang olahraga lain
yang sangat minim peminatnya, dapat dijadikan industri? Sulit dibantah bahwa jika
ingin mengindustrikan olahraga, maka usaha pertama adalah menjadikan olahraga
itu diminati publik, sehingga dapat merangsang dunia usaha untuk
mensponsorinya. Karena, bagi dunia industri, segala biaya yang dikeluarkan
harus berjalan paralel dan linear dengan produktivitas dan keuntungan. Setiap
biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam dunia olahraga harus memiliki
keuntungan ekonomi.
Jadi,
usaha dari Kemenpora dan para pengembang olahraga adalah sejauh mungkin
menciptakan sinergi kepentingan dan keuntungan antara olahraga dengan dunia
bisnis. Jika tidak, amat sulit mewujudkan misi mengindustrikan olahraga.
Cita-cita mulia itu pun akhirnya hanya menggantung di awan.
BAB
II
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Olahraga
memberikan arti lebih besar bagi individu dan masyarakat. Menariknya lagi,
olahraga tidak akan pernah lepas dari perkembangan politik, ekonomi, dan
sosial. Setelah era industri dan memasuki era informasi, kala peran media
menjadi sangat besar, keterkaitan olahraga dengan dunia bisnis makin tidak
terlepaskan. Olahraga dijadikan bagian taktik perusahaan meraup pangsa pasar
dunia. Hal itu juga membawa atlet memandang olahraga sebagai ajang yang bisa
memberikan kesejahteraan hidup lebih baik..
Karena,
olahraga hanya dapat dimajukan jika punya dana yang besar. Dan, dana yang besar
itu, tak bisa didapat dari “dompet pemerintah” yang memang sangat terbatas,
maka dalam hal ini yang bisa mengambil peran sebagaimana menjadikan olahraga
sebagai peluang bisnis bagi para pelaku usaha modal. Agar olahraga di Indonesia
dapat berkembang seperti negara lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Ditjen Olahraga Depdiknas, 2003 Kebijakan Pemerintah Di Bidang Olahraga.
Makassar. KONI Daerah
Sulawesi Selatan.
Harzuki, 2003. Manajemen Olahraga. Jakarta
Litbang KONI Pusat, 2004. Struktur Berprestasi Tinggi. Jakarta: Penerbit Pusat Penataran
Litbang KONI Pusat.
Noerbai, 2003. Menyelamatkan Aktivitas Olahraga dari Korban Apapun. Jakarta:
Penerbit PT. Raja Grafindo Persada.
Suhantoro, 2003. Membangun kembali Olahraga Nasional dengan Pendekatan IPTEK Malang.
Jatim: Makalah seminar Universitas Negeri Malang.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2005. Sistem Keolahragaan Nasional. Jakarta.
http://raswingayo.blogspot.co.id/2010/03/olahraga-dan-ekonomi.html (diakses
tanggal 20 November 2015).
https://jalu89.wordpress.com/2010/04/08/hubungan-olahraga-dengan-politik-ekonomi-hiburan-perdamaian-dunia-suku-dan-agama/ (diakses
tanggal 20 November 2015).
http://akbar-yusuf.blogspot.co.id/2013/07/sosiologi-olahraga.html (diakses
tanggal 20 November 2015).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar