Anatomi Dan Cidera
Olahraga
Kaki Dan
Pergelangan Kaki
Oleh Kelompok 6
Yuliart Apri Anggoro, Wahyu Aprilliansyah
dan M. Ali Mirwansyah.
Abstrak: Keseleo pergelangan
kaki merupakan salah satu cedera akut yang sering dialami para atlet. Sendi
pergelangan kaki mudah sekali mengalami cedera karena kurang mampu melawan
kekuatan medial, lateral, tekanan dan rotasi. Untuk menghindari cedera keseleo
alangkah baiknya melakukan pencegahan dengan melakukan pemanasan, stretching, latihan penguatan
ligament, otot dan tendon yang melintasi sendi, latihan pergelangan kaki, serta
melakukan pembebatan pergelangan kaki, pada saat latihan maupun pertandingan.
Kata Kunci: pergelangan kaki,
perawatan
PENDAHULUAN
Setiap melakukan aktivitas fisik khususnya olahraga selalu
dihadapkan kemungkinan cedera, dan cedera ini akan berdampak pada gangguan
aktivitas fisik, psikis dan prestasi. Salah satu anggota tubuh yang sering terjadi
cedera adalah pada bagian sendi pergelangan kaki. Cedera pergelangan kaki dapat
terjadi karena terkilir secara mendadak ke arah lateral atau medial yang
berakibat robeknya serabut ligamentum pada sendi pergelangan kaki (Arnheim,
1985: 473, Brunker dan Khan, 1993:439, Peterson, 1990: 341). Kerusakan pada
suatu bagian otot atau tendonya (termasuk titik-titik pertemuan antara otot dan
tendon) disebut strain, sendangkan sprain adalah cedera pada
sendi, dimana tejadi robekan (biasanya tidak komplet) dari ligament, keduanya
disebabkan karena stress yang mendadak ataupun penggunaan yang berlebihan (Giam
dan Teh, 1993: 193-195).
Keseleo pergelangan kaki merupakan salah satu cedera akut yang
sering dialami para atlet. Tidak seperti pada cedera yang lainnya yang
disebabkan oleh tekanan tingkat rendah yang berulang-ulang dalam jangka waktu
lama. Cedera akut ini ditimbulkan oleh karena adanya penekanan melakukan
gerakan membelok secara tiba-tiba. Keseleo tersebut dapat mempengaruhi tidak
hanya pada bagian sisi pergelangan kaki tetapi biasanya dapat juga merusak
bagian luar (lateral) ligament. Hal in terjadi pada saat kaki melakukan
belokan (memutar) pada tungkai kaki, meregangkan pergelangan pada titik di mana
akan dapat merobek atau retak tulang (ligament persendian pergelangan kaki
bagian depan), (Paul dan Diana, 2002; 115).

Gambar 1. Anatomi Persendian Pergelangan Kaki
Tingkatan Cedera Keseleo
Tingkatan keseleo dapat dibagi menjadi; keseleo ringan, sedang
atau keseleo parah. Keseleo ringan biasanya hanya terjadi pada ligament
talofibula anterior, yang dapat mengakibatkan retak pada sebagian tulang
tertentu, keseleo tingkat sedang meliputi talofibula anterior dan calcaneo
fibula ligament dapat memperparah terjadinya kerusakan pada struktur
ligament. Keseleo tingkat parah meliputi kedua ligament seperti pada posterior
talofibula ligament dan dapat menimbulkan putus urat otot yang kompleks
atau kadang-kadang retak atau patah tulang (Paul, 2002; 115).
Mekanisme cedera
Terkilir pada pergelangan kaki biasanya disebabkan oleh gerakan ke
sisi luar/samping (lateral) atau sisi dalam/tengah (medial) dari pergelangan
kaki yang terjadi secara mendadak. Terkilir secara invesi yaitu kaki berbelok
dan atau membengkok ke dalam dan terbalik. Tipe ini merupakan cedera yang
paling umum terjadi pada pergelangna kaki (Arnheim, 1985; 473 Peterson dan
Renstrom, 1990; 345-346). Hal ini disebabkan oleh banyaknya tulang penstabil
pada sisi belah samping yang mengakibatkan tekanan pada kaki menjadi terbalik.
Jika kekuatan tersebut cukup besar, pembengkokan dari pergelangan kaki tejadi
sampai medial malleolus kehilangan stabilitasnya dan menciptakan titik
tumpu untuk lebih membalikkan pergelangan kaki (Arheim, 1985; 473).
Ketika serabut otot ligamentum untuk eversi tidak cukup
kuat untuk menahan atau melawan kekuatan inversi, maka serabut ligamentum sisi
sebelah samping menjadi tertekan atau robek. Biasanya terkilir pada kaki bagian
samping meliputi satu atau dua robekan pada serabut ligamentum. Jika satu
ligamentum robek, biasanya termasuk juga ligamentum calcanae fibular akan
robek.
Tekanan yang kuat pada tumit menekan kaki menjadi inverse,
membuatnya lebih mungkin untuk terjadi sprain pada sisi sebelah luar/samping.
Kebalikannya, kaki yang pronasi, kelebihan gerakan atau adanya tekanan dari
telapak kaki sisi sebelah dalam/tengah secara longitudinal lebih memungkinkan
untuk terjadi eversi sebagai salah satu pola sprain pada pergelangan
kaki (Arnheim, 1985; 473).
Cedera sprain pada pergelangan kaki dengan pola eversi lebih
jarang terjadi daripada cedera sprain dengan pola inverse. Mekanisme yang biasa
terjadi adalah olahragawan yang tiba-tiba menapakkan kakinya pada lubang di
lapangan olahraga menyebabkan kaki tergerak dengan paksa dan menanamkan kaki
pada gerakan yang eksternal. Dengan mekanisme ini ligamentum anterior
tibiofibular, ligamentum interosseus dan ligamentum deltoid menjadi robek.
Perobekan pada ligamentum tersebut menyebabkan talus bergerak secara lateral,
terutama mengakibatkan degenarasi pada persendian, dan juga berakibat adanya
ruangan abnormal antara medial malleolus dan talus (Arheim, 1985; 473, Peterson
dan renstrom, 1990; 342-343).
Kekuatan inversi secara tiba-tiba dapat menyebakan berbagai
intensitas seperti menyebabkan patah pada kaki bagian bawah. Perputaran yang
tidak diharapkan pada ligamentum lateral dapat menyebabkan bagian tulang
menjadi avulsi dari malleolus. Satu situasi yang khusus adalah ketika lateral
malleolus teravulsi oleh tulang calcaneo fibula, dan talus melawan medial
malleolus untuk menghasilkan patah yang kedua kalinya. Kejadian ini disebut bimalleolar
fracture.
Gejala dan tanda-tanda
Setelah cedera, penderita mengeluh sakit tersiksa yang berlebihan
pada aspek anterolateral pada sendi pergelangan kaki. Perabaan di atas sakit
tersebut hanya di bawah malleolus lateral. Dengan penyebaran terjadi di tempat
bengkak yang berlebihan pada daerah pergelangan kaki sisi lateral dan anterior,
persamaan tes ditunjukkan adaya ketidakseimbangan, sinar X diindikasikan tidak
patah tulang. Sprain ini akan diklasifikasikan menjadi tingkat II.
Perawatan Keseleo Pergelangan Kaki
Tingkatan keseleo dapat menentukan perawatan yang diperlukan dan
sampai berapa lama perwatan tersebut dilakukan sebelum melakukan
latihan-latihan tertentu. Meskipun beberapa keseleo tingkat ringan mungkin akan
memperbolehkan untuk melakukan aktivitas latihan kembali dalam 2 sampai 3 hari,
keseriusan dari keseleo sedang dan tingkat parah tidak boleh untuk diremehkan.
Memberikan perawatan secara tidak tepat dapat menyebabkan pergelangan kaki
menjadi tidak stabil yang kronis, yang dapat menyebabkan suatu saat dapat
mengalami cedera kembali, keterbatasan menekan dalam melakukan aktivitas
olahraga, mengakibatkan arthritis secara dini pada sendi pergelangan kaki, dan
kadang-kadang perlu untuk dilakukan pembedahan. Para atlet yang ingin
menghindari terjadinya komplikasi ini, setiap mengalami cedera keseleo
seharusnya dievaluasi dan dirawat sebagaimana mestinya.
1.
Keseleo Tingkat Ringan
Anamnesis: ketidaknyamanan pada kaki, pembengakakan ringan,
sedikit atau tanpa adanya memar. Perawatan yang dilakukan sebaiknya meliputi:
a)
Berhenti dari aktivitas
b)
Pengompresan dengan es
selama 20 sampai 30 menit
c)
Kaki yang keseleo harus
tetap terangkat (dinaikkan ke atas) sedapat mungkin
d) Jika terjadi pembengkakan, pengomperasan dengan es harus terus
menerus diulang dalam satu hari. Buatlah popsicle dengan es dengan jalan
membekukan air dalam kantong plastik atau cangkir kertas kemudian merobek
bagian sisinya untuk mengeluarkan es.
Perawatan yang digunakan tersebut dinamakan metode RICE, yaitu
rest (istirahat), ice (pemakain es), compression (pengomperasan),
dan elevation (elevasi). Pemakaian metode RICe untuk mengatasi keseleo
ringan, biasanya berlanjut selama 2 sampai 3 hari, kemudian dapat diikuti dengan
melakukan olahraga lari kembali secara bertahap.
2.
Keseleo Tingkat Sedang
Cedera ini dapat menimbulkan rasa sakit yang luar biasa pada
sekitar pada bagian luar pergelangan kaki disbanding pada keseleo ringan,
seperti timbulnya pembengkakan dan memar selama 12 sampai 24 jam. Perawatan
pada kasus ini:
a)
Sama seperti cedera keseleo
ringan; yaitu penggunaan metode RICE.
b)
Keseleo ini memerlukan
perlindungan lebih, contohnya pemakaian pembalut yang halus untuk menyembuhkan
ligament.
c)
Seseorang yang menderita keseleo
tingkat sedang dengan rasa sakit yang parah sebaiknya mendapatkan perawatan
yang professional, karena kemungkinan terjadi kerusakan ligament.
d) Sebaiknya dilakukan penyinaran roentgen untuk memastikan kerusakan
apa saja yang telah terjadi pada tulang tersebut.
e)
Penghentian aktivitas
olahraga selama 2 sampai 3 minggu.
f)
Setelah kondisi ligament
tersebut sembuh, latihan-latihan olahraga yang melibatkan pergelangan kaki
dapat dilanjutkan program rehabilitasi
3. Keseleo Tingkat Parah
Keseleo Parah merupakan jenis cedera
yang serius, ditandai terjadinya suara robekan atau pecah pada daerah yang
mengalami keseleo seringkali kita rasakan atau kita dengar, akan terjadi rasa
sakit secaa cepat dan asa nyeri selama 5 menit. Meskipun dimungkinkan untuk
dapat berjalan secara cepat setelah terjadi keseleo, namun rasa sakit dan nyeri
akan meningkat selama 30 menit, kemudian berlanjut dengan tidak dapat atau
sulit untuk bejalan. Akan terjadi memar pada bagian luar pergelangan kaki,
telapak kaki dan kaki bagian bawah. Berjalan atau berlari sesaat setelah
terjadi keseleo akan lebih memperburuk pembengkakan, memar dan kerusakan yang
terjadi di ligament.
Perawatan awal dapat dilakukan, seperti pada cedera keseleo yang
lebih ringan menggunakan metode RICE. Penggunaan crutch (tongkat ketiak)
dapat juga digunakan untuk mengistirahatkan secara total bagian pergelangan
yang kaki yang keseleo. Bila ligament pergelangan kaki benar-benar putus,
dilakukan pembedahan. Apabila semua ligament telah rusak namun pergelangan kaki
tetap stabil (dapat ditentukan dengan menekan pergelangan kaki sampil
menyinarinya dengan sinar X), perlu dipergunakan pembalut dan gips selama 4
sampai 6 minggu. Setelah tahap penyembuhan selesai dilkaukan program
rehabilitasi.
Rehabilitasi Pergelangan Kaki
Program ini dilakukan setelah ligament pergelangan benar-benar
sembuh. Lamanya program ditentukan oleh tingkatan cedera keseleo. Pelaksanaan
program rehabilitasi sebaiknya mulailah dengan latihan pertama dilakukan tanpa
merasa sakit, baru kemudian bisa melanjutkan latihan berikutnya.
1. Latihan jangkauan gerakan dengan tanpa melakukan perlawanan.
Dilakukan sambil duduk, gerakkan kaki ke atas dan kebawah pada daerah
pergelangan kaki 30 sampai 40 kali. Kemudian lakukan invert (gerakan
kaki memutar kaki ke dalam) dan evert (gerakan memutar kaki keluar) 30
sampai 40 kali. Latihan ini sebaiknya diulangi 4 sampai 5 kali setiap hari.
2. Latihan inversi-eversi, dilakukan sambil berdiri. Dengan
berdiri tegak dengan jarak kaki antara 12 sampai 18 inchi, secara bergantian menaikkan
bagian dalam dan bagian luar dari kaki sampai lutut sedikit dibengkokkan.
Ulangi 20-30 kali, 3 sampai 4 kali sehari.
3. Latihan menguatkan otot peroneal. Letakkan sebuah gelang
karet yang besar, melingkari kedua kaki yang lurus sambil duduk dilantai dengan
kedua kaki lurus. Dengan gelang kaet tersebut untuk melakukan gerakan
berlawanan, bentangkan kaki. Kedua pergerlangan sebaiknya berjarak 4 sampai 6
inchi. Perlahan-lahan biarkan kaki membalik (menelungkup). Latihan ini
sebaiknya dilakukan 20-30 kali, tiga kali sehari.
4. Berjalan jinjit dengan mengenakan sepatu. Berdiri pada jari-jari
kaki dengan mengenakan sepatu dan berjalan mengeliling jarak semampunya atau
selama 5 menit. Lakukan berulang 2 sampai 3 kali sehari.
5. Berjalan dengan menggunakan tumit kaki dengan menggunakan sepatu.
6. Secara bertahap lakukan kembali aktivitas olahraga, setelah
melakukan latihan peningkatan kekuatan pada pergelangan kaki anda dan rasa
sakit berkurang, dapat melakukan aktivitas fisik/fitness dengan normal. Setelah
berjalan terasa nyaman dapat melakukan jogging, berlari mengelilingi lintasan
angka delapan yang memangjang, perlahan-lahan ikuti lintasan angka delapan,
yang panjangnya sekitar 20 sampai 30 yard, dan memendek secara bertahap dan
mempercepat pada saat belokan. Latihan ini akan membantu meningkatkan daerah
gerakan dan menguatkan otot-otot sekitar dan dapat menstabilkan pegelangan
kaki.
Pencegahan
Tindakan mencegah (preventif) lebih baik dari pada
mengobati (kuratif), karena tindakan preventif biayanya lebih murah
serta menghindarkan terjadinya invalid (cacat seumur hidup). Untuk mencegah
cedera olahraga, dibedakan menjadi 2 sebab antara lain:
1. Ditinjau dari sudut sarana/prasarana (infrastruktur)
2. Ditinjau dari sudut si atlet sendiri, yaitu:
a)
Dari atlet yang belum mengalami cedera
keseleo menurut Hardianto, (1995;77- 80):
1) berlatih secara teratur, sistematis dn terprogram
2) atlet harus berlatih (bertanding) dalam kondisi sehat jasmani dan
rohani.
3) Mematuhi peraturan permainan dan pertandingan (fair play).
4) Tidak mempunyai kelainan anatomis maupun antropometri.
5) Memakai alat pelindung yang adekuat.
6) Melakukan pemanasan dan pendinginan.
b)
Atlet yang pernah mengalami
cedera keseleo
Usaha pencegahan bila setelah program rehabilitasi keseleo yaitu:
1) Plester atau pembungkus plastic sebaiknya digunkan untuk mendukung
pergelangan kaki selama 4 sampai 6 minggu setelah memulai latihan kembali.
2) Latihan-latihan kekuatan otot-otot peritoneal sebaiknya tetap
dilakuan selama 2 sampai 3 bulan.
3) Sebaiknya pemakaian plester pada pergelangan kaki tetap dipakai
pada janga waktu yang tidak terbatas (Paul, 2002; 118).
Untuk menghindari cedera keseleo alangkah baiknya melakukan
pencegahan dengan melakukan streatching, pemanasan, latihan penguatan
ligament-ligament sendi, otot dan tendon yang melintasi sendi, latihan
pergelangan kaki, serta melakukan pembebatan pergelangan kaki, pada saat
latihan maupun pertandingan.
SIMPULAN
Persendian pergelangan kaki mudah sekali terjadi cedera, karena
tidak mampu melawan kekuatan medial, lateral, penekanan dan rotasi. Hal ini
terjadi karena lemahnya otot maupun tekanan dari dalam/luar yang berlebihan.
Perawatan ditentukan oleh tingkatan keseleo, sampai berapa lama perawatan
dilakukan sebelum melakukan latihan rehabilitasi. Upaya pencegahan sebaiknya
diprioritaskan daripada upaya penyembuhan untuk menghindari terjadinya invalid.
DAFTAR
PUSTAKA
Arnheim, D.D.1985. Modern
of Athletic Training. United state of America: Times Mirror/Mosby College
Publising.
Brunker, P dan Khan, K.
1993. Clinical Sport Medicine. Australia: Mc. Graw-Hill Book Company.
Giam C K, Dr dan Teh K C,
Dr. 1993. Ilmu Kedokteran Olahraga. Jakarta Barat: Binurupa Aksara.
Hardianto Wibowo. 1995. Pencegahan
dan Penatalaksanaan Cedera Olahraga. Jakarta: EGC.
Paul M. Taylor dan Diana K.
Taylor. 2002. Mencegah dan mengatasi Cedera Olahraga. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Peterson, L dan Renstrom, P.
1990. Sport injuries: their preventation and treatment. London:
CIBA-GEIGY.
Sumartiningsih,
Sri. 2012.
Cedera Keseleo pada
Pergelangan Kaki (Ankle Sprains). Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar