BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Ilmu
Faal, khususnya Ilmu Faal Olahraga menjanjikan suatu hasil karya besar bagi
pelatih yang tahu cara menerapkannya dalam melatih dan mencapai prestasi tinggi
olahraga, oleh karena melatih tiada lain ialah meningkatkan kemampuan
fungsional yang berarti harus menerap-kan Ilmu Faal Olahraga dalam proses
pelatihannya. Melatih suatu cabang olahraga prestasi adalah meningkatkan
kemampuan fungsional raga yang sesuai dengan tuntutan penampilan cabang olahraga
itu sampai ke tingkat yang maximal, baik pada aspek kemampuan dasar maupun pada
aspek keterampilan tekniknya. Meningkatkan kemampuan fungsional hanya dapat
dilakukan dengan benar, baik dan efisien apabila pelatih memiliki pengetahuan
tentang mekanisme kerja dan mekanisme respons organ-organ tubuh terhadap
latihan pembebanan dan latihan keterampilan.
Dalam
pelaksanaan pelatihan, setiap instruksi latihan yang akan dijalankan oleh para
atlet untuk mencapai sesuatu tujuan harus jelas dasar Ilmu Faalnya agar benar-benar
dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Atlet yang memahami tujuan pelatihan dan
bagaimana mekanisme pencapaiannya akan merasa lebih termotivasi untuk berlatih
lebih baik. Sesungguhnyalah Ilmu Faal Olahraga adalah dasar dari Ilmu
Pelatihan, sehingga tanpa pengetahuan Ilmu Faal Olahraga maka
pelaksanaan
pelatihannya menjadi tidak ilmiah.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Pengertian dan rincian pembagian Ergosistema
(ES).?
2. Komponen dasar anatomis dan komponen dasar
fisiologis Kebugaran Jasmani. ?
3. Pengertian dan macam olahdaya (metabolisme).?
4. Hubungan fungsional antara olahdaya anaerobik
dengan olahdaya aerobik.?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Ergosistema
Ergosistema
dibagi menjadi tiga kata SISTEMA (untuk) KERJA = SK atau ERGOSISTEMA = ES (ergo
= kerja). Jadi Ergosistema adalah sekumpulan struktur-struktur anatomis yang
secara bersama-sama menjadi satu kesatuan fungsional (fisiologis) yang aktif
pada waktu bekerja atau berolahraga. Dalam menjalankan fungsinya sebagai satu
ergosistema, dalam hal ini ergosistema dibagi menjadi dua bagian yaitu
sistematika anatomik dan sistematika fisiologis:
a)
Sistematika Anatomik
Telah
diketahui bahwa tubuh, dalam hal ini jasmani atau raga tersusun dari sekumpulan
struktur-struktur (organ) dalam ikatan kerja-sama yang secara anatomis disebut
sebagai sistema dan terdiri dari Sistema:
· Skelet
= kerangka
· Muscular
= otot
· Nervorum
= syaraf
· Hemo–hidro-limfatik
= darah-cairan jaringan-getah bening
· Respirasi
= pernafasan
· Kardiovaskular
= jantung – pembuluh darah
· Termoregulasi
= Tata suhu tubuh
· Digestivus
= pencernaan
· Exkresi
= pembuangan
· Endokrin
= hormon
· Sensoris
= pengindera
· Reproduksi
= pemulih generasi.
Ilmu
Faal Dasar membahas fungsi (fisiologi) satuan-satuan sistema tersebut di atas
secara tersekat-sekat, belum membahas tata hubungan fungsionalnya secara
integral. Dalam kondisinya yang tersekat-sekat memang sulit untuk dapat
menghubung-hubungkannya menjadi bahasan yang integral. Oleh karena itu Ilmu
Faal mengelompokkan sistema-sistema Anatomik tadi ke dalam Sistematika
Fisiologik seperti diuraikan di bawah ini. Hal ini diperlukan untuk dapat
memudahkan memahami tata hubungan fungsional antar berbagai sistema anatomik
tersebut di atas.
b)
Sistematika Fisiologik
Setelah
mengenali struktur-struktur anatomis secara sistematis beserta masing-masing
fungsinya, maka menjadi lebih mudah untuk memahami fungsi dari
struktur-struktur tersebut serta tata hubungan fungsionalnya. Fungsi jasmani
yang terdiri dari berbagai macam sistema itu ialah untuk bergerak,
mempertahankan hidup, bekerja, mendapatkan kepuasan hidup lahir dan batin. Dalam
menjalankan fungsinya sebagai satu ergosistema, sistema-sistema anatomis
tersebut secara fisiologis dikelompokkan menjadi tiga kelompok dan jadilah
Sistematika Fisiologik yaitu:
1) Perangkat
Pelaksana gerak, disebut Ergosistema Primer (ES-I) atau Sistema Kerja Primer
(SK-I) yang terdiri dari:
Ergosistema I:
Fungsi Dasar dan Kualitas
Penampilannya
Anatomis
|
Fungsi
dasar (Fisiologis)
|
Kualitas
|
- Sistema skelet
|
Pergerakan persendian
|
Luas pergerakan
|
- Sistema muskular
|
Kontraksi otot
|
Kekuatan dan daya tahan otot
|
- Sistema nervorum
|
Penghantar rangsang
|
Koordinasi fungsi (otot)
|
Dari
fungsi dasar diatas dapat
dikembangkan gerakan-gerakan yang berupa: kelincahan (agility), kecepatan
(speed), dan power. Gerakan-gerakan tersebut di atas bersama-sama dengan fungsi
dasar lainnya merupakan penampilan
dasar yang diperlukan oleh berbagai cabang olahraga; yang merupakan
gabungan fungsi-fungsi dasar sistema-sistema (anatomis) penyusun ES-I.
2) Perangkat
Pendukung gerak, disebut Ergosistema Sekunder (ES-II) atau Sistema Kerja
Sekunder (SK-II) yang terdiri dari:
Ergosistema II:
Fungsi Dasar dan
Kualitas Penampilannya
Anatomis
|
Fungsi
dasar (Fisiologis)
|
Kualitas
|
Hemo-hidro-limfatik
|
Tranportasi:
O2–CO2 nutrisi,sampah, panas.
|
Daya
tahan umum
|
Respirasi
|
Pertukaran
gas: O2-CO2
|
|
Kardiovaskular
|
Sirkulasi
|
Ketiga
sistema anatomis dari ES-II secara bersama-sama menghasilkan satu kualitas
yaitu daya tahan umum. Daya tahan umum sering juga disebut sebagai (general)
endurance atau kemampuan (kapasitas) aerobik. Dengan demikian maka komponen
dasar Kebugaran Jasmani (KJ) menurut Ilmu Faal terdiri dari :
1.
Kemampuan/Kualitas dasar ES-I :
-
Luas pergerakan persendian
-
Flexibility
-
Kekuatan dan daya tahan otot
-
Koordinasi fungsi otot.
2.
Kemampuan/Kualitas dasar ES-II:
-
Daya tahan umum.
3) Perangkat
Pemulih/Pemelihara, disebut Ergosistema Tersier (ES-III) atau Sistema Kerja
Tersier (SK-III) yang terdiri dari:
· Sistema
digestivus
· Sistema
exkresi
· Sistema
reproduksi
Ergosistema
Tersier (ES-III) ini berperan lebih dominan pada istirahat. Pada waktu bekerja
atau berolahraga, Ergosistema yang berperan dominan adalah ES-I dan ES-II.
Sistema endokrin berfungsi sebagai regulator internal yang bersifat humoral.
Sedangkan sistema sensoris berfungsi sebagai komunikator external maupun
internal. Sistema Termoregulasi berfungsi menata suhu tubuh. Ketiga sistema
tersebut terakhir tidak hanya berperan pada masa pemulihan/istirahat, tetapi
bahkan berperan lebih penting dalam olahraga. Seluruh Ergosistema tersebut
diatas secara terkoordinasi mempunyai satu tujuan akhir yang sama yaitu
berusaha memelihara homeostasis pada istirahat maupun pada kerja/ olahraga.
2.2
Komponen
Kebugaran Jasmani
Ilmu
Faal adalah Ilmu yang mempelajari fungsi sesuatu struktur. Dalam hal Ilmu Faal
Olahraga struktur itu ialah Jasmani atau Raga beserta seluruh bagian-bagiannya.
Oleh karena itu sebelum membicarakan fungsinya perlu lebih dahulu mengenali
struktur-struktur itu beserta sistematikanya, artinya perlu mengenali
struktur-struktur itu secara sistematis. Namun sebelumnya perlu diingat kembali
struktur organisasi biologik tubuh manusia yang terdiri dari unsur kehidupan
yang terkecil yaitu sel, sampai kepada wujud utuhnya yaitu manusia. Dengan
demikian maka jasmani atau raga (manusia) tersusun dari sekumpulan
struktur-struktur yang secara anatomis disebut sebagai sistema dan terdiri dari
Sistema:
1.
Skelet – kerangka
2.
Muscular – otot
3.
Nervorum – saraf
4.
Hemo-hidro-limfatik – darah - cairan jaringan - getah bening
5.
Respirasi – pernafasan
6.
Kardiovaskular – jantung-pembuluh darah
7.
Termoregulasi – Tata suhu tubuh
8.
Digestivus – pencernaan
9.
Exkresi – pembuangan
10.
Endokin – hormon
11.
Sensoris – penginderaan
12.
Reproduksi – pemulih generasi.
Fungsi
jasmani yang terdiri dari berbagai macam sistema tersebut ialah untuk: gerak,
kerja, mempertahankan hidup, mendapatkan kepuasan hidup lahir dan batin. Oleh
karena itu jasmani dapat disebut sebagai satu SISTEMA (untuk) KERJA (SK) atau
ERGOSISTEMA (ES).
maka
cara membagi dalam komponen-komponen tersebut di atas tidak tampak jelas dasar
pemikirannya dan karena itu pula maka tidak jelas sistematikanya. Dengan
menganalisanya lebih lanjut terlihat bahwa komponen-komponen itu sesungguhnya
terdiri dari:
-
Komponen Anatomical fitness : body composition
-
Kondisi kesehatan statis : biological function
-
Komponen Physiological fitness yang terdiri dari:
-
Kemampuan/kualitas dasar ES-I:
-
muscle explosive power =>
kekuatan dan daya tahan otot
-
muscle endurance
-
flexibility – luas pergerakan persendian
-
reaction time – fungsi dasar syaraf : - menerima dan menghantarkan rangsang
-
coordination – koordinasi fungsi otot
-
balance = keseimbangan: hasil dari koordinasi fungsi otot
-
Kemampuan/kualitas dasar ES-II:
-
endurance – daya tahan umum – kapasitas aerobik.
- Kemampuan penampilan yang merupakan gabungan
dari berbagai kemampuan/kualitas dasar ES-I :
-
speed (kecepatan) dan agility (kelincahan)
Body
composition (komposisi tubuh) dan biological function (status kesehatan statis,
fungsi biologis yang normal) memang merupakan faktor yang sangat dasar bagi
penampilan seseorang dalam sesuatu cabang olahraga. Akan tetapi bilamana kedua
faktor tadi masih menjadi masalah berarti masih pada tahap yang sangat awal
dalam memilih orang-orang yang akan ditampilkan dalam sesuatu cabang olahraga,
karena itu tidaklah tepat membicarakan masalah KJ pada tahap seperti itu. KJ
dibicarakan bila komposisi tubuh dan status kesehatan statis tidak merupakan
masalah lagi karena sesungguhnya membicarakan KJ kaitannya ialah kepada derajat
sehat dinamis seseorang. (Baca KJ dalam: ―Olahraga dan Kesehatan‖).
Demikianlah
maka sekali lagi terlihat jelas bahwa dengan memahami pengertian ERGOSISTEMA
atau SISTEMA KERJA akan lebih mudah untuk memahami apa-apa yang menjadi
komponen dasar KJ. Dengan sendirinya akan lebih mudah untuk melacak dan
kemudian melihat bagaimana kondisinya untuk kemudian meningkatkan kemampuan/
kualitas fungsi dasarnya bila terdapat kesulitan dalam meningkatkan prestasi
sesuatu cabang olahraga.
2.3
Olahdaya (Metabolisme)
Olahdaya
(metabolisme) yaitu upaya penyediaan daya (energi) untuk gerak, juga ada 2
mekanisme (ditinjau dari keterlibatan oksigen) yaitu olahdaya aerobik dan
anaerobik.
-
Olahraga aerobik : Yaitu bila
selama penampilannya, minimal 2/3 (70%) dari seluruh energi yang dipergunakan
disediakan melalui olahdaya aerobik; artinya: maximal hanya 30% olahdaya
anaerobik yang tidak dapat diliput (di‖cover‖) oleh olahdaya aerobik; yang akan
diliput nanti pada masa pemulihan setelah menyelesaikan penampilannya.
-
Olahraga anaerobik : Yaitu bila
selama penampilannya, minimal 2/3 (70%) dari seluruh energi yang dipergunakan
disediakan melalui olahdaya anaerobik; artinya: maximal hanya 30% olahdaya
anaerobik yang dapat diliput (di‖cover‖) oleh olahdaya aerobik, selebihnya baru
akan diliput nanti pada masa pemulihan setelah menyelesaikan penampilannya.
Olahdaya
anaerobik dan aerobik adalah mekanisme penyediaan daya (energi, tenaga) untuk
mewujudkan gerak. Olahdaya anaerobik langsung mewujudkan gerak dan merupakan
kemampuan endogen ES Primer dalam hal ini otot. Olahdaya aerobik, juga
dilaksanakan oleh ES-I (otot), tetapi intensitas dan durasi kelangsungannya
tergantung pada kemampuan fungsional ES-II dalam memasok O2, artinya tanpa
peran serta ES-II olahdaya aerobik tidak mungkin terlaksana dan aktivitas gerak
ES-I akan segera terhenti. Makin tinggi kemampuan fungsional ES-II makin tegar
kelangsungan penampilan ES-I.
Dengan
demikian maka seperti halnya ES-II adalah pendukung bagi penampilan ES-I, maka
olahdaya aerobik adalah pendukung bagi kelangsungan olahdaya anaerobik,
kedua-duanya terjadi pada ES-I, dalam hal ini otot. Hal ini disebabkan oleh
karena olahdaya untuk bentuk aktivitas apapun selalu dimulai dengan olahdaya
anaerobik dan akan/harus diikuti oleh olahdaya aerobik, selama aktivitas fisik
maupun selama istirahat. Olahdaya anaerobik dan aerobik harus dalam keadaan
seimbang. Ketidak-mampuan olahdaya aerobik mengimbangi olahdaya anaerobik akan
menyebabkan menumpuknya ―zat kelelahan‖ yang akan menghambat olahdaya anaerobik
yang terlalu besar, sehingga olahdaya anaerobik menurun, menuju kepada
terjadinya keseimbangan baru dengan olahdaya aerobik.
Besar
olahdaya anaerobik menunjukkan besar tuntutan/ keperluan O2 yang akan terwujud
sebagai berat/intensitas gerak/kerja yang sedang dilakukan. Dengan demikian
maka ketidak-mampuan olahdaya aerobik (kemampuan ES-II memasok O2) untuk
mengimbangi tuntutan olahdaya anaerobik, akan menyebabkan olahraga terpaksa
harus dihentikan karena seluruh kapasitas anaerobik sudah habis terpakai; atau
intensitas gerak/kerja yang sedang dilakukan harus dikurangi sampai olahdaya
anaerobik dapat diimbangi lagi oleh tingkat kemampuan olahdaya aerobik yang
dimilikinya pada saat itu.
Demikian
maka semua bentuk aktivitas tubuh atau olahraga, bahkan juga selama istirahat
memerlukan baik olahdaya anaerobik maupun olahdaya aerobik yang secara
keseluruhan harus selalu seimbang. Dengan demikian maka sesungguhnya tidak ada
olahraga anaerobik murni dan olahraga aerobik murni; yang ada ialah olahraga
anaerobik dominan dan olahraga aerobik dominan. Tetapi istilah yang biasa
dipakai sehari-hari adalah olahraga anaerobik dan olahraga aerobik, sehingga
sering menyesatkan orang yang tidak mengetahui benar pokok permasalahannya.
Kriteria
apakah sesuatu olahraga anaerobik atau aerobik ditentukan oleh dua hal yaitu:
1) Intensitas,
yang berarti besar olahdaya anaerobik yang sedang terjadi,
2) Durasi,
yang menunjukkan berapa besar peran olahdaya aerobik yang menyertai.
Memang
terdapat hubungan erat antara intensitas dan durasi yaitu:
1) Olahraga
dengan intensitas tinggi (olahraga anaerobik dominan), tidak mungkin dengan
durasi panjang. Intensitas/ beban olahraga demikian disebut sebagai intensitas/
beban olahraga submaximal (submaximal load) atau intensitas/ beban olahraga
normal (normal load). Intensitas/ beban olahraga yang tepat menggunakan O2
sebanyak VO2 max. disebut olahraga dengan intensitas/ beban maximal (maximal
load/ crest load). Pada olahraga dengan intensitas di atas maximal (supra
maximal = over load), olahdaya anaerobik > kemampuan olahdaya aerobik
maximal (VO2 max.). Keadaan demikian (anaerobik > aerobik) juga
terjadi pada awal melakukan olahraga, tetapi dalam hal tersebut kondisi itu
belum dapat dikatakan sebagai kondisi over load, oleh karena pada saat itu
ES-II sedang dalam masa penyesuaian dengan beban kerja yang dihadapi untuk
menuju kepada fungsinya yang maximal untuk menghasilkan VO2 max. atau VO2 yang
sesuai dengan tuntutan pada waktu itu. Pada olahraga berat dengan intensitas
yang sangat berubah-ubah misalnya: bulutangkis, tenis, tinju dan lainnya.
2) Olahraga
dengan durasi panjang (olahraga aerobik), tidak mungkin dengan intensitas
tinggi. Pembagian menurut durasi didasarkan pada lama-waktu yang dapat dipertahankan
pada penampilannya yang maximal (repetisi maximal), khususnya pada olahraga
dengan intensitas yang homogen. Pembagian menurut durasi itu adalah sebagai
berikut : 0-2 menit – anaerobik dominan, contoh: sprint 0 - 800 m 2-8 menit –
campuran anaerobik + aerobik: lari 800 - 3000 m > 8 menit – aerobik dominan:
lari > 3000 m. Kriteria di atas diambil dari data Olahragawan (Pelari) yang
terlatih baik.
2.4
Hubungan Fungsional Es-I Dengan
Es-Ii Dan Olahdaya Anaerobik Dengan Olahdaya Aerobik
Aktivitas
ES-II meningkat oleh karena adanya rangsangan dari ES-I yang menjadi aktif.
Demikian pula olahdaya aerobik akan membesar mengikuti dan kemudian mendukung
kelangsungan olahdaya anaerobik yang meningkat, selama kemampuannya mencukupi.
Akan tetapi bila olahdaya aerobik sudah mencapai maximal (mencapai kapasitasnya
= VO2 max.), maka tidak mungkin mengimbangi peningkatan olahdaya anaerobik
lebih lanjut dan bahkan menjadi penghambat bagi kelangsungan olahdaya anaerobik
itu sendiri. Akibatnya, olahraga dengan intensitas/ beban over load tidak
mungkin dipertahankan secara mantap (steady state) dan akan (terpaksa) berhenti
atau menurunkan intensitasnya sampai di bawah VO2 max. bila seluruh kapasitas
anaerobiknya telah habis terpakai.
Perlu
diketahui dan bahkan harus difahami bahwa semua bentuk gerak olahraga terjadi
oleh adanya kontraksi otot, dan daya (energi) untuk terjadinya kontraksi otot
ini hanya berasal dari olahdaya anaerobik. Oleh karena itu seluruh daya
(energi) untuk gerakan tubuh (kontraksi otot) selama seluruh kegiatan olahraga
itu dipasok seluruhnya (100%) oleh olahdaya anaerobik. Sedangkan peran olahdaya
aerobik adalah untuk sebanyak mungkin memenuhi tuntutan olahdaya anaerobik.
Wujudnya ialah kemampuan peran ES-II memasok O2 untuk memenuhi tuntutan ES-I
dan hakekatnya fungsi ES-II (aerobik) adalah memulihkan kondisi homeostasis
yang terganggu oleh aktivitas anaerobik dari ES-I.
Wujud
pemulihan itu adalah (upaya) menyingkirkan asam laktat dan sampah olahdaya
lainnya dan bersamaan dengan itu mendaur ulang sumber-sumber daya (energi)
anaerobik untuk kelangsungan kontraksi otot selanjutnya. (Lihat bagan
pembentukan dan tata hubungan olahdaya anaerobik dan aerobik). Adanya olahdaya
anaerobik memungkinkan manusia mengerahkan daya (energi) dalam jumlah besar
dalam waktu singkat (melakukan gerakan-gerakan explosif) baik yang bersifat
maximal maupun yang sub-maximal.
Gerakan-gerakan
demikian tetap harus mendapat dukungan dari olahdaya aerobik untuk
kelangsungannya atau gerakan-gerakan demikian harus dihentikan dulu atau
dikurangi intensitasnya oleh karena ketidak-mampuan olahdaya aerobik
mendukungnya lebih lanjut. Dengan demikian apakah sesuatu cabang olahraga itu
aerobik atau bukan, ditentukan oleh batas olahdaya aerobik minimal yaitu 70%
dari seluruh energi untuk penampilannya disediakan secara aerobik dan oleh
batas waktu minimal 8 menit, bukan oleh macam gerakan atau oleh cara
meningkatnya olahdaya anaerobiknya.
Demikianlah
maka, bulutangkis, bolabasket dan sepakbola adalah olahraga aerobik, sama halnya
dengan lari 5000 m dan 10.000 m, walaupun berbeda dalam bentuk/kejadian
meningkatnya olahdaya anaerobik. Pada bulutangkis s/d sepakbola tersebut di
atas peningkatan olahdaya anaerobik terjadi melalui bentuk peningkatan yang
sangat berubah-rubah oleh karena memang intensitas gerakannya yang sangat
berubah-ubah, sedang pada lari 5000 m dan 10.000 m bentuk peningkatan olahdaya
anaerobiknya adalah homogen dan konstan.
Perbedaan
gerak yang berkaitan dengan pola perubahan olahdaya anaerobik memang perlu mendapat
perhatian khusus masing-masing pelatih, untuk kepentingan pengembangan
kemampuan/cara melatihnya, yang memang memerlukan cara latihan yang sangat
berbeda. Dengan perkataan lain dapat dikemukakan disini bahwa bulutangkis s/d
sepakbola tersebut di atas dan lari 5000 m dan 10.000 m semuanya adalah
cabang-cabang olahraga aerobik yang dengan sendirinya dituntut adanya kemampuan
aerobik yang tinggi.
Akan
tetapi kemampuan aerobik yang tinggi tidak mungkin dapat ditingkatkan lagi bila
kemampuan anaerobik tidak ditingkatkan lebih lanjut. Ini berarti bahwa pada
olahraga aerobik-pun kemampuan anaerobik perlu diusahakan peningkatannya untuk
dapat merangsang peningkatan kemampuan aerobiknya lebih lanjut! Singkatnya
ialah bahwa: Olahragawan aerobik perlu pula latihan anaerobik pada otot-otot
yang bersangkutan. Contoh: Pelari 5000 m perlu diberi latihan (ditingkatkan)
kekuatan otot-otot tungkainya (kemampuan anaerobik) dan dilatih (ditingkatkan)
daya tahan dinamisnya (kemampuan aerobik otot-otot tungkai itu), disamping
latihan daya tahan umum, untuk dapat meningkatkan lebih lanjut kapasitas
aerobiknya. (Giriwijoyo,Y.S.S. 1988: Tinjauan Ilmu Faal tentang Latihan Otot).
Dibawah ini diberikan gambar-gambar diagram olahdaya anaerobik dan aerobik,
perubahannya serta tata hubungannya satu dengan yang lain.
2.
Permulaan aktivitas fisik: Olahdaya anaerobik langsung meningkat sesuai
tuntutan aktivitas fisik; olahdaya aerobik lebih lambat penyesuaiannya,
sehingga
Anaerobik > Aerobik
3. a. Steady
state (keadaan mantap): Pada keadaan ini olahdaya anaerobik dan aerobik berada
dalam keadaan seimbang lagi, tetapi pada tingkat olahdaya yang lebih tinggi
dari pada keadaannya pada istirahat :
Anaerobik
= Aerobik
b. Over load (Beban supramaximal) : Pada keadan
ini olahdaya anaerobik > aerobik oleh karena olahdaya aerobik tidak dapat
menyamai olahdaya
aerobik
yang > dari VO2 max.
4.
Pemulihan:
Olahdaya
anaerobik langsung kembali ke keadaan istirahat; olahdaya aerobik lebih lambat
penyesuainnya sehingga:
Anaerobik < Aerobik
Setelah
terjadi pemulihan sempurna maka olahdaya anaerobik dan aerobik kembali seimbang
pada tingkat istirahat seperti pada nomor satu. Perubahan tingkat olahdaya
anaerobik berlangsung sangat cepat sesuai perubahan intensitas aktivitas fisik
yang sedang terjadi, oleh karena memang olahdaya anaerobiklah yang merupakan
pemasok langsung kebutuhan energi untuk terjadinya gerak. Sedang perubahan
tingkat olahdaya aerobik selalu terlambat karena harus menunggu penyesuaian
fungsi ES-II. Lukisan olahdaya dengan diagram tersebut di atas sulit untuk
dapat menggambarkan perubahan olahdaya pada berbagai bentuk aktivitas fisik.
Oleh karena itu dengan memperhatikan sifat-sifat perubahan olahdaya tersebut di
atas maka perubahan olahdaya pada berbagai bentuk aktivitas fisik dilukiskan
dalam bentuk grafik. Perubahan olahdaya anaerobik dilukiskan dalam bentuk
grafik berupa garis-garis lurus yang membentuk sudut-sudut 90º sedangkan
perubahan olahdaya aerobik dilukiskan dalam bentuk grafik berupa garis-garis
lengkung. Pada keadaan seimbang yaitu pada keadaan istirahat dan steady state
(keadaan mantap), kedua garis grafik itu berimpitan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demikianlah
maka sekali lagi terlihat jelas bahwa dengan memahami pengertian ERGOSISTEMA
atau SISTEMA KERJA akan lebih mudah untuk memahami apa-apa yang menjadi
komponen dasar KJ. Dengan sendirinya akan lebih mudah untuk melacak dan
kemudian melihat bagaimana kondisinya untuk kemudian meningkatkan kemampuan/
kualitas fungsi dasarnya bila terdapat kesulitan dalam meningkatkan prestasi
sesuatu cabang olahraga.
Olahdaya
(metabolisme) yaitu upaya penyediaan daya (energi) untuk gerak, juga ada 2
mekanisme (ditinjau dari keterlibatan oksigen) yaitu olahdaya aerobik dan
anaerobik.
-
Olahraga aerobik : Yaitu bila
selama penampilannya, minimal 2/3 (70%) dari seluruh energi yang dipergunakan
disediakan melalui olahdaya aerobik; artinya: maximal hanya 30% olahdaya
anaerobik yang tidak dapat diliput (di‖cover‖) oleh olahdaya aerobik; yang akan
diliput nanti pada masa pemulihan setelah menyelesaikan penampilannya.
-
Olahraga anaerobik : Yaitu bila
selama penampilannya, minimal 2/3 (70%) dari seluruh energi yang dipergunakan
disediakan melalui olahdaya anaerobik; artinya: maximal hanya 30% olahdaya
anaerobik yang dapat diliput (di‖cover‖) oleh olahdaya aerobik, selebihnya baru
akan diliput nanti pada masa pemulihan setelah menyelesaikan penampilannya.
DAFTAR PUSTAKA
Astrand, P.O. et al, 1986. Textbook of Work Physiology: Physiological
Bases of Exercise. New York: McGraw-Hill Book Company.
Giriwijoyo,Y.S.S. 2007. Ilmu Faal Olahraga. Bandung: FPOK-IKIP.
Karpovich, P.V. and Sinning, W.E., 1971.
Physiology of Muscular Activity.
Philadelphia: Sauders Company.
Zuluanga, Maria, et al. 1995. Sport Physioterapy. Melbourne: Churchill
Livingstone.
http://www.fisiologiolahraga.tk/2015/03/ergosistema-dan-olahdaya.html, (online)
diakses 15 November 2015 pukul 19.43 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar