Selasa, 12 April 2016

Makalah Ergosistema

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang Masalah
Ilmu Faal, khususnya Ilmu Faal Olahraga menjanjikan suatu hasil karya besar bagi pelatih yang tahu cara menerapkannya dalam melatih dan mencapai prestasi tinggi olahraga, oleh karena melatih tiada lain ialah meningkatkan kemampuan fungsional yang berarti harus menerap-kan Ilmu Faal Olahraga dalam proses pelatihannya. Melatih suatu cabang olahraga prestasi adalah meningkatkan kemampuan fungsional raga yang sesuai dengan tuntutan penampilan cabang olahraga itu sampai ke tingkat yang maximal, baik pada aspek kemampuan dasar maupun pada aspek keterampilan tekniknya. Meningkatkan kemampuan fungsional hanya dapat dilakukan dengan benar, baik dan efisien apabila pelatih memiliki pengetahuan tentang mekanisme kerja dan mekanisme respons organ-organ tubuh terhadap latihan pembebanan dan latihan keterampilan.
Dalam pelaksanaan pelatihan, setiap instruksi latihan yang akan dijalankan oleh para atlet untuk mencapai sesuatu tujuan harus jelas dasar Ilmu Faalnya agar benar-benar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Atlet yang memahami tujuan pelatihan dan bagaimana mekanisme pencapaiannya akan merasa lebih termotivasi untuk berlatih lebih baik. Sesungguhnyalah Ilmu Faal Olahraga adalah dasar dari Ilmu Pelatihan, sehingga tanpa pengetahuan Ilmu Faal Olahraga maka
pelaksanaan pelatihannya menjadi tidak ilmiah.
1.2    Rumusan Masalah
1.  Pengertian dan rincian pembagian Ergosistema (ES).?
2.  Komponen dasar anatomis dan komponen dasar fisiologis Kebugaran Jasmani. ?
3.  Pengertian dan macam olahdaya (metabolisme).?
4.  Hubungan fungsional antara olahdaya anaerobik dengan olahdaya aerobik.?


BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Pengertian Ergosistema
Ergosistema dibagi menjadi tiga kata SISTEMA (untuk) KERJA = SK atau ERGOSISTEMA = ES (ergo = kerja). Jadi Ergosistema adalah sekumpulan struktur-struktur anatomis yang secara bersama-sama menjadi satu kesatuan fungsional (fisiologis) yang aktif pada waktu bekerja atau berolahraga. Dalam menjalankan fungsinya sebagai satu ergosistema, dalam hal ini ergosistema dibagi menjadi dua bagian yaitu sistematika anatomik dan sistematika fisiologis:
a)      Sistematika Anatomik
Telah diketahui bahwa tubuh, dalam hal ini jasmani atau raga tersusun dari sekumpulan struktur-struktur (organ) dalam ikatan kerja-sama yang secara anatomis disebut sebagai sistema dan terdiri dari Sistema:
·      Skelet = kerangka
·      Muscular = otot
·      Nervorum = syaraf
·      Hemo–hidro-limfatik = darah-cairan jaringan-getah bening
·      Respirasi = pernafasan
·      Kardiovaskular = jantung – pembuluh darah
·      Termoregulasi = Tata suhu tubuh
·      Digestivus = pencernaan
·      Exkresi = pembuangan
·      Endokrin = hormon
·      Sensoris = pengindera
·      Reproduksi = pemulih generasi.
Ilmu Faal Dasar membahas fungsi (fisiologi) satuan-satuan sistema tersebut di atas secara tersekat-sekat, belum membahas tata hubungan fungsionalnya secara integral. Dalam kondisinya yang tersekat-sekat memang sulit untuk dapat menghubung-hubungkannya menjadi bahasan yang integral. Oleh karena itu Ilmu Faal mengelompokkan sistema-sistema Anatomik tadi ke dalam Sistematika Fisiologik seperti diuraikan di bawah ini. Hal ini diperlukan untuk dapat memudahkan memahami tata hubungan fungsional antar berbagai sistema anatomik tersebut di atas.
b)      Sistematika Fisiologik
Setelah mengenali struktur-struktur anatomis secara sistematis beserta masing-masing fungsinya, maka menjadi lebih mudah untuk memahami fungsi dari struktur-struktur tersebut serta tata hubungan fungsionalnya. Fungsi jasmani yang terdiri dari berbagai macam sistema itu ialah untuk bergerak, mempertahankan hidup, bekerja, mendapatkan kepuasan hidup lahir dan batin. Dalam menjalankan fungsinya sebagai satu ergosistema, sistema-sistema anatomis tersebut secara fisiologis dikelompokkan menjadi tiga kelompok dan jadilah Sistematika Fisiologik yaitu:
1)   Perangkat Pelaksana gerak, disebut Ergosistema Primer (ES-I) atau Sistema Kerja Primer (SK-I) yang terdiri dari:
Ergosistema I:
Fungsi Dasar dan Kualitas Penampilannya
Anatomis
Fungsi dasar (Fisiologis)
Kualitas
- Sistema skelet
Pergerakan persendian
Luas pergerakan
- Sistema muskular
Kontraksi otot
Kekuatan dan daya tahan otot
- Sistema nervorum
Penghantar rangsang
Koordinasi fungsi (otot)
Dari fungsi dasar diatas dapat dikembangkan gerakan-gerakan yang berupa: kelincahan (agility), kecepatan (speed), dan power. Gerakan-gerakan tersebut di atas bersama-sama dengan fungsi dasar lainnya merupakan penampilan dasar yang diperlukan oleh berbagai cabang olahraga; yang merupakan gabungan fungsi-fungsi dasar sistema-sistema (anatomis) penyusun ES-I.
2)   Perangkat Pendukung gerak, disebut Ergosistema Sekunder (ES-II) atau Sistema Kerja Sekunder (SK-II) yang terdiri dari:
Ergosistema II:
Fungsi Dasar dan Kualitas Penampilannya
Anatomis
Fungsi dasar (Fisiologis)
Kualitas
Hemo-hidro-limfatik
Tranportasi: O2–CO2 nutrisi,sampah, panas.
Daya tahan umum
Respirasi
Pertukaran gas: O2-CO2
Kardiovaskular
Sirkulasi
Ketiga sistema anatomis dari ES-II secara bersama-sama menghasilkan satu kualitas yaitu daya tahan umum. Daya tahan umum sering juga disebut sebagai (general) endurance atau kemampuan (kapasitas) aerobik. Dengan demikian maka komponen dasar Kebugaran Jasmani (KJ) menurut Ilmu Faal terdiri dari :
1. Kemampuan/Kualitas dasar ES-I :
- Luas pergerakan persendian
- Flexibility
- Kekuatan dan daya tahan otot
- Koordinasi fungsi otot.
2. Kemampuan/Kualitas dasar ES-II:
- Daya tahan umum.
3)   Perangkat Pemulih/Pemelihara, disebut Ergosistema Tersier (ES-III) atau Sistema Kerja Tersier (SK-III) yang terdiri dari:
·      Sistema digestivus
·      Sistema exkresi
·      Sistema reproduksi
Ergosistema Tersier (ES-III) ini berperan lebih dominan pada istirahat. Pada waktu bekerja atau berolahraga, Ergosistema yang berperan dominan adalah ES-I dan ES-II. Sistema endokrin berfungsi sebagai regulator internal yang bersifat humoral. Sedangkan sistema sensoris berfungsi sebagai komunikator external maupun internal. Sistema Termoregulasi berfungsi menata suhu tubuh. Ketiga sistema tersebut terakhir tidak hanya berperan pada masa pemulihan/istirahat, tetapi bahkan berperan lebih penting dalam olahraga. Seluruh Ergosistema tersebut diatas secara terkoordinasi mempunyai satu tujuan akhir yang sama yaitu berusaha memelihara homeostasis pada istirahat maupun pada kerja/ olahraga.
2.2    Komponen Kebugaran Jasmani
Ilmu Faal adalah Ilmu yang mempelajari fungsi sesuatu struktur. Dalam hal Ilmu Faal Olahraga struktur itu ialah Jasmani atau Raga beserta seluruh bagian-bagiannya. Oleh karena itu sebelum membicarakan fungsinya perlu lebih dahulu mengenali struktur-struktur itu beserta sistematikanya, artinya perlu mengenali struktur-struktur itu secara sistematis. Namun sebelumnya perlu diingat kembali struktur organisasi biologik tubuh manusia yang terdiri dari unsur kehidupan yang terkecil yaitu sel, sampai kepada wujud utuhnya yaitu manusia. Dengan demikian maka jasmani atau raga (manusia) tersusun dari sekumpulan struktur-struktur yang secara anatomis disebut sebagai sistema dan terdiri dari Sistema:
1. Skelet – kerangka
2. Muscular – otot
3. Nervorum – saraf
4. Hemo-hidro-limfatik – darah - cairan jaringan - getah bening
5. Respirasi – pernafasan
6. Kardiovaskular – jantung-pembuluh darah
7. Termoregulasi – Tata suhu tubuh
8. Digestivus – pencernaan
9. Exkresi – pembuangan
10. Endokin – hormon
11. Sensoris – penginderaan
12. Reproduksi – pemulih generasi.

Fungsi jasmani yang terdiri dari berbagai macam sistema tersebut ialah untuk: gerak, kerja, mempertahankan hidup, mendapatkan kepuasan hidup lahir dan batin. Oleh karena itu jasmani dapat disebut sebagai satu SISTEMA (untuk) KERJA (SK) atau ERGOSISTEMA (ES).
maka cara membagi dalam komponen-komponen tersebut di atas tidak tampak jelas dasar pemikirannya dan karena itu pula maka tidak jelas sistematikanya. Dengan menganalisanya lebih lanjut terlihat bahwa komponen-komponen itu sesungguhnya terdiri dari:
- Komponen Anatomical fitness : body composition
- Kondisi kesehatan statis : biological function
- Komponen Physiological fitness yang terdiri dari:
- Kemampuan/kualitas dasar ES-I:
- muscle strength
- muscle explosive power      => kekuatan dan daya tahan otot
- muscle endurance
- flexibility – luas pergerakan persendian
- reaction time – fungsi dasar syaraf : - menerima dan menghantarkan rangsang
- coordination – koordinasi fungsi otot
- balance = keseimbangan: hasil dari koordinasi fungsi otot
- Kemampuan/kualitas dasar ES-II:
- endurance – daya tahan umum – kapasitas aerobik.
- Kemampuan penampilan yang merupakan gabungan dari berbagai kemampuan/kualitas dasar ES-I :
- speed (kecepatan) dan agility (kelincahan)
Body composition (komposisi tubuh) dan biological function (status kesehatan statis, fungsi biologis yang normal) memang merupakan faktor yang sangat dasar bagi penampilan seseorang dalam sesuatu cabang olahraga. Akan tetapi bilamana kedua faktor tadi masih menjadi masalah berarti masih pada tahap yang sangat awal dalam memilih orang-orang yang akan ditampilkan dalam sesuatu cabang olahraga, karena itu tidaklah tepat membicarakan masalah KJ pada tahap seperti itu. KJ dibicarakan bila komposisi tubuh dan status kesehatan statis tidak merupakan masalah lagi karena sesungguhnya membicarakan KJ kaitannya ialah kepada derajat sehat dinamis seseorang. (Baca KJ dalam: ―Olahraga dan Kesehatan‖).
Demikianlah maka sekali lagi terlihat jelas bahwa dengan memahami pengertian ERGOSISTEMA atau SISTEMA KERJA akan lebih mudah untuk memahami apa-apa yang menjadi komponen dasar KJ. Dengan sendirinya akan lebih mudah untuk melacak dan kemudian melihat bagaimana kondisinya untuk kemudian meningkatkan kemampuan/ kualitas fungsi dasarnya bila terdapat kesulitan dalam meningkatkan prestasi sesuatu cabang olahraga.
2.3    Olahdaya (Metabolisme)
Olahdaya (metabolisme) yaitu upaya penyediaan daya (energi) untuk gerak, juga ada 2 mekanisme (ditinjau dari keterlibatan oksigen) yaitu olahdaya aerobik dan anaerobik.
- Olahraga aerobik : Yaitu bila selama penampilannya, minimal 2/3 (70%) dari seluruh energi yang dipergunakan disediakan melalui olahdaya aerobik; artinya: maximal hanya 30% olahdaya anaerobik yang tidak dapat diliput (di‖cover‖) oleh olahdaya aerobik; yang akan diliput nanti pada masa pemulihan setelah menyelesaikan penampilannya.
- Olahraga anaerobik : Yaitu bila selama penampilannya, minimal 2/3 (70%) dari seluruh energi yang dipergunakan disediakan melalui olahdaya anaerobik; artinya: maximal hanya 30% olahdaya anaerobik yang dapat diliput (di‖cover‖) oleh olahdaya aerobik, selebihnya baru akan diliput nanti pada masa pemulihan setelah menyelesaikan penampilannya.
Olahdaya anaerobik dan aerobik adalah mekanisme penyediaan daya (energi, tenaga) untuk mewujudkan gerak. Olahdaya anaerobik langsung mewujudkan gerak dan merupakan kemampuan endogen ES Primer dalam hal ini otot. Olahdaya aerobik, juga dilaksanakan oleh ES-I (otot), tetapi intensitas dan durasi kelangsungannya tergantung pada kemampuan fungsional ES-II dalam memasok O2, artinya tanpa peran serta ES-II olahdaya aerobik tidak mungkin terlaksana dan aktivitas gerak ES-I akan segera terhenti. Makin tinggi kemampuan fungsional ES-II makin tegar kelangsungan penampilan ES-I.
Dengan demikian maka seperti halnya ES-II adalah pendukung bagi penampilan ES-I, maka olahdaya aerobik adalah pendukung bagi kelangsungan olahdaya anaerobik, kedua-duanya terjadi pada ES-I, dalam hal ini otot. Hal ini disebabkan oleh karena olahdaya untuk bentuk aktivitas apapun selalu dimulai dengan olahdaya anaerobik dan akan/harus diikuti oleh olahdaya aerobik, selama aktivitas fisik maupun selama istirahat. Olahdaya anaerobik dan aerobik harus dalam keadaan seimbang. Ketidak-mampuan olahdaya aerobik mengimbangi olahdaya anaerobik akan menyebabkan menumpuknya ―zat kelelahan‖ yang akan menghambat olahdaya anaerobik yang terlalu besar, sehingga olahdaya anaerobik menurun, menuju kepada terjadinya keseimbangan baru dengan olahdaya aerobik.
Besar olahdaya anaerobik menunjukkan besar tuntutan/ keperluan O2 yang akan terwujud sebagai berat/intensitas gerak/kerja yang sedang dilakukan. Dengan demikian maka ketidak-mampuan olahdaya aerobik (kemampuan ES-II memasok O2) untuk mengimbangi tuntutan olahdaya anaerobik, akan menyebabkan olahraga terpaksa harus dihentikan karena seluruh kapasitas anaerobik sudah habis terpakai; atau intensitas gerak/kerja yang sedang dilakukan harus dikurangi sampai olahdaya anaerobik dapat diimbangi lagi oleh tingkat kemampuan olahdaya aerobik yang dimilikinya pada saat itu.
Demikian maka semua bentuk aktivitas tubuh atau olahraga, bahkan juga selama istirahat memerlukan baik olahdaya anaerobik maupun olahdaya aerobik yang secara keseluruhan harus selalu seimbang. Dengan demikian maka sesungguhnya tidak ada olahraga anaerobik murni dan olahraga aerobik murni; yang ada ialah olahraga anaerobik dominan dan olahraga aerobik dominan. Tetapi istilah yang biasa dipakai sehari-hari adalah olahraga anaerobik dan olahraga aerobik, sehingga sering menyesatkan orang yang tidak mengetahui benar pokok permasalahannya.
Kriteria apakah sesuatu olahraga anaerobik atau aerobik ditentukan oleh dua hal yaitu:
1)      Intensitas, yang berarti besar olahdaya anaerobik yang sedang terjadi,
2)      Durasi, yang menunjukkan berapa besar peran olahdaya aerobik yang menyertai.
Memang terdapat hubungan erat antara intensitas dan durasi yaitu:
1)      Olahraga dengan intensitas tinggi (olahraga anaerobik dominan), tidak mungkin dengan durasi panjang. Intensitas/ beban olahraga demikian disebut sebagai intensitas/ beban olahraga submaximal (submaximal load) atau intensitas/ beban olahraga normal (normal load). Intensitas/ beban olahraga yang tepat menggunakan O2 sebanyak VO2 max. disebut olahraga dengan intensitas/ beban maximal (maximal load/ crest load). Pada olahraga dengan intensitas di atas maximal (supra maximal = over load), olahdaya anaerobik > kemampuan olahdaya aerobik maximal (VO2 max.). Keadaan demikian (anaerobik > aerobik) juga terjadi pada awal melakukan olahraga, tetapi dalam hal tersebut kondisi itu belum dapat dikatakan sebagai kondisi over load, oleh karena pada saat itu ES-II sedang dalam masa penyesuaian dengan beban kerja yang dihadapi untuk menuju kepada fungsinya yang maximal untuk menghasilkan VO2 max. atau VO2 yang sesuai dengan tuntutan pada waktu itu. Pada olahraga berat dengan intensitas yang sangat berubah-ubah misalnya: bulutangkis, tenis, tinju dan lainnya.
2)      Olahraga dengan durasi panjang (olahraga aerobik), tidak mungkin dengan intensitas tinggi. Pembagian menurut durasi didasarkan pada lama-waktu yang dapat dipertahankan pada penampilannya yang maximal (repetisi maximal), khususnya pada olahraga dengan intensitas yang homogen. Pembagian menurut durasi itu adalah sebagai berikut : 0-2 menit – anaerobik dominan, contoh: sprint 0 - 800 m 2-8 menit – campuran anaerobik + aerobik: lari 800 - 3000 m > 8 menit – aerobik dominan: lari > 3000 m. Kriteria di atas diambil dari data Olahragawan (Pelari) yang terlatih baik.


2.4    Hubungan Fungsional Es-I Dengan Es-Ii Dan Olahdaya Anaerobik Dengan Olahdaya Aerobik
Aktivitas ES-II meningkat oleh karena adanya rangsangan dari ES-I yang menjadi aktif. Demikian pula olahdaya aerobik akan membesar mengikuti dan kemudian mendukung kelangsungan olahdaya anaerobik yang meningkat, selama kemampuannya mencukupi. Akan tetapi bila olahdaya aerobik sudah mencapai maximal (mencapai kapasitasnya = VO2 max.), maka tidak mungkin mengimbangi peningkatan olahdaya anaerobik lebih lanjut dan bahkan menjadi penghambat bagi kelangsungan olahdaya anaerobik itu sendiri. Akibatnya, olahraga dengan intensitas/ beban over load tidak mungkin dipertahankan secara mantap (steady state) dan akan (terpaksa) berhenti atau menurunkan intensitasnya sampai di bawah VO2 max. bila seluruh kapasitas anaerobiknya telah habis terpakai.
Perlu diketahui dan bahkan harus difahami bahwa semua bentuk gerak olahraga terjadi oleh adanya kontraksi otot, dan daya (energi) untuk terjadinya kontraksi otot ini hanya berasal dari olahdaya anaerobik. Oleh karena itu seluruh daya (energi) untuk gerakan tubuh (kontraksi otot) selama seluruh kegiatan olahraga itu dipasok seluruhnya (100%) oleh olahdaya anaerobik. Sedangkan peran olahdaya aerobik adalah untuk sebanyak mungkin memenuhi tuntutan olahdaya anaerobik. Wujudnya ialah kemampuan peran ES-II memasok O2 untuk memenuhi tuntutan ES-I dan hakekatnya fungsi ES-II (aerobik) adalah memulihkan kondisi homeostasis yang terganggu oleh aktivitas anaerobik dari ES-I.
Wujud pemulihan itu adalah (upaya) menyingkirkan asam laktat dan sampah olahdaya lainnya dan bersamaan dengan itu mendaur ulang sumber-sumber daya (energi) anaerobik untuk kelangsungan kontraksi otot selanjutnya. (Lihat bagan pembentukan dan tata hubungan olahdaya anaerobik dan aerobik). Adanya olahdaya anaerobik memungkinkan manusia mengerahkan daya (energi) dalam jumlah besar dalam waktu singkat (melakukan gerakan-gerakan explosif) baik yang bersifat maximal maupun yang sub-maximal.
Gerakan-gerakan demikian tetap harus mendapat dukungan dari olahdaya aerobik untuk kelangsungannya atau gerakan-gerakan demikian harus dihentikan dulu atau dikurangi intensitasnya oleh karena ketidak-mampuan olahdaya aerobik mendukungnya lebih lanjut. Dengan demikian apakah sesuatu cabang olahraga itu aerobik atau bukan, ditentukan oleh batas olahdaya aerobik minimal yaitu 70% dari seluruh energi untuk penampilannya disediakan secara aerobik dan oleh batas waktu minimal 8 menit, bukan oleh macam gerakan atau oleh cara meningkatnya olahdaya anaerobiknya.
Demikianlah maka, bulutangkis, bolabasket dan sepakbola adalah olahraga aerobik, sama halnya dengan lari 5000 m dan 10.000 m, walaupun berbeda dalam bentuk/kejadian meningkatnya olahdaya anaerobik. Pada bulutangkis s/d sepakbola tersebut di atas peningkatan olahdaya anaerobik terjadi melalui bentuk peningkatan yang sangat berubah-rubah oleh karena memang intensitas gerakannya yang sangat berubah-ubah, sedang pada lari 5000 m dan 10.000 m bentuk peningkatan olahdaya anaerobiknya adalah homogen dan konstan.
Perbedaan gerak yang berkaitan dengan pola perubahan olahdaya anaerobik memang perlu mendapat perhatian khusus masing-masing pelatih, untuk kepentingan pengembangan kemampuan/cara melatihnya, yang memang memerlukan cara latihan yang sangat berbeda. Dengan perkataan lain dapat dikemukakan disini bahwa bulutangkis s/d sepakbola tersebut di atas dan lari 5000 m dan 10.000 m semuanya adalah cabang-cabang olahraga aerobik yang dengan sendirinya dituntut adanya kemampuan aerobik yang tinggi.
Akan tetapi kemampuan aerobik yang tinggi tidak mungkin dapat ditingkatkan lagi bila kemampuan anaerobik tidak ditingkatkan lebih lanjut. Ini berarti bahwa pada olahraga aerobik-pun kemampuan anaerobik perlu diusahakan peningkatannya untuk dapat merangsang peningkatan kemampuan aerobiknya lebih lanjut! Singkatnya ialah bahwa: Olahragawan aerobik perlu pula latihan anaerobik pada otot-otot yang bersangkutan. Contoh: Pelari 5000 m perlu diberi latihan (ditingkatkan) kekuatan otot-otot tungkainya (kemampuan anaerobik) dan dilatih (ditingkatkan) daya tahan dinamisnya (kemampuan aerobik otot-otot tungkai itu), disamping latihan daya tahan umum, untuk dapat meningkatkan lebih lanjut kapasitas aerobiknya. (Giriwijoyo,Y.S.S. 1988: Tinjauan Ilmu Faal tentang Latihan Otot). Dibawah ini diberikan gambar-gambar diagram olahdaya anaerobik dan aerobik, perubahannya serta tata hubungannya satu dengan yang lain.
1. Istirahat : Anaerobik = Aerobik



2. Permulaan aktivitas fisik: Olahdaya anaerobik langsung meningkat sesuai tuntutan aktivitas fisik; olahdaya aerobik lebih lambat penyesuaiannya, sehingga
 




Anaerobik > Aerobik
3. a.     Steady state (keadaan mantap): Pada keadaan ini olahdaya anaerobik dan aerobik berada dalam keadaan seimbang lagi, tetapi pada tingkat olahdaya yang lebih tinggi dari pada keadaannya pada istirahat :
 




Anaerobik = Aerobik
     b.    Over load (Beban supramaximal) : Pada keadan ini olahdaya anaerobik > aerobik oleh karena olahdaya aerobik tidak dapat menyamai olahdaya
 




aerobik yang > dari VO2 max.


4. Pemulihan:
Olahdaya anaerobik langsung kembali ke keadaan istirahat; olahdaya aerobik lebih lambat penyesuainnya sehingga:
 




Anaerobik < Aerobik
Setelah terjadi pemulihan sempurna maka olahdaya anaerobik dan aerobik kembali seimbang pada tingkat istirahat seperti pada nomor satu. Perubahan tingkat olahdaya anaerobik berlangsung sangat cepat sesuai perubahan intensitas aktivitas fisik yang sedang terjadi, oleh karena memang olahdaya anaerobiklah yang merupakan pemasok langsung kebutuhan energi untuk terjadinya gerak. Sedang perubahan tingkat olahdaya aerobik selalu terlambat karena harus menunggu penyesuaian fungsi ES-II. Lukisan olahdaya dengan diagram tersebut di atas sulit untuk dapat menggambarkan perubahan olahdaya pada berbagai bentuk aktivitas fisik. Oleh karena itu dengan memperhatikan sifat-sifat perubahan olahdaya tersebut di atas maka perubahan olahdaya pada berbagai bentuk aktivitas fisik dilukiskan dalam bentuk grafik. Perubahan olahdaya anaerobik dilukiskan dalam bentuk grafik berupa garis-garis lurus yang membentuk sudut-sudut 90º sedangkan perubahan olahdaya aerobik dilukiskan dalam bentuk grafik berupa garis-garis lengkung. Pada keadaan seimbang yaitu pada keadaan istirahat dan steady state (keadaan mantap), kedua garis grafik itu berimpitan.







BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Demikianlah maka sekali lagi terlihat jelas bahwa dengan memahami pengertian ERGOSISTEMA atau SISTEMA KERJA akan lebih mudah untuk memahami apa-apa yang menjadi komponen dasar KJ. Dengan sendirinya akan lebih mudah untuk melacak dan kemudian melihat bagaimana kondisinya untuk kemudian meningkatkan kemampuan/ kualitas fungsi dasarnya bila terdapat kesulitan dalam meningkatkan prestasi sesuatu cabang olahraga.
Olahdaya (metabolisme) yaitu upaya penyediaan daya (energi) untuk gerak, juga ada 2 mekanisme (ditinjau dari keterlibatan oksigen) yaitu olahdaya aerobik dan anaerobik.
- Olahraga aerobik : Yaitu bila selama penampilannya, minimal 2/3 (70%) dari seluruh energi yang dipergunakan disediakan melalui olahdaya aerobik; artinya: maximal hanya 30% olahdaya anaerobik yang tidak dapat diliput (di‖cover‖) oleh olahdaya aerobik; yang akan diliput nanti pada masa pemulihan setelah menyelesaikan penampilannya.
- Olahraga anaerobik : Yaitu bila selama penampilannya, minimal 2/3 (70%) dari seluruh energi yang dipergunakan disediakan melalui olahdaya anaerobik; artinya: maximal hanya 30% olahdaya anaerobik yang dapat diliput (di‖cover‖) oleh olahdaya aerobik, selebihnya baru akan diliput nanti pada masa pemulihan setelah menyelesaikan penampilannya.








DAFTAR PUSTAKA
Astrand, P.O. et al, 1986. Textbook of Work Physiology: Physiological Bases of Exercise. New York: McGraw-Hill Book Company.
Giriwijoyo,Y.S.S. 2007. Ilmu Faal Olahraga. Bandung: FPOK-IKIP.
Karpovich, P.V. and Sinning, W.E., 1971. Physiology of Muscular Activity. Philadelphia: Sauders Company.
Zuluanga, Maria, et al. 1995. Sport Physioterapy. Melbourne: Churchill Livingstone.
http://www.fisiologiolahraga.tk/2015/03/ergosistema-dan-olahdaya.html, (online) diakses 15 November 2015 pukul 19.43 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar